terjawab• terverifikasi oleh ahli Globalisasi, ini muncul bersamaan dengan kebangkitan kembali kaum a. neoimprealisme b. neokapitalisme c. liberalisme d. neoliberalisme e. kapitalisme Iklan Jawaban terverifikasi ahli Zeus121 C .liberalisme semoga membantu Sedang mencari solusi jawaban PPKn beserta langkah-langkahnya?
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Globalisasi pada masa kini sudah bukan lagi suatu hal yang asing di telinga orang. Hampir setiap hari terdapat globalisasi yang terjadi di sekitar kita, mulai dari pola hidup, makanan, teknologi hingga barang-barang yang dikonsumsi masyarakat. Globalisasi itu sendiri didefinisikan oleh beberapa tokoh seperti Anthony Giddens, Malcolm Waters dan Mansour Faikh. Menurut mereka, globalisasi adalah suatu proses interaksi dan integrasi di dalam masyarakat, perusahaan dan pemerintahan dari berbagai dalam pengertian tersebut terdapat kata proses yang berarti tidak terjadi secara instan melainkan ada kita yang melakukan proses globalisasi tersebut. Selain ada kata proses, terdapat kata interaksi antara masyarakat dari berbagai negara. Di sinilah berbagai kontroversi muncul mulai dengan pihak yang mendukung adanya globalisasi dengan tujuan untuk memperluas kebudayaan dan teknologi, di sisi lain terdapat pihak yang menentang globalisasi untuk mempertahankan ciri khas dan nilai yang ada di dalam kebudayaan itu sendiri masih terbagi ke dalam berbagai macam bidang seperti bidang ekonomi yaitu seperti perdagangan, ekspor-impor, produk asing dan lainnya. Ada juga globalisasi dalam bidang politik, kebudayan dan bidang-bidang lainnya. Negara-negara di dunia pun mempunyai kebijakannya masing-masing dalam menyikapi globalisasi. Di antara semua bidang globalisasi tersebut, ada satu bidang yang memiliki kontroversi yang sangat jelas yaitu bidang teknologi. Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi adalah hasil dari berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia yang bertujuan untuk membantu kehidupan manusia atau menyederhanakannya. Salah satu alasannya adalah karena hampir semua bidang kehidupan terpengaruh oleh adanya teknologi. Contohnya saja, bidang perekonomian yang mulai meluas bidang usahanya menjadi online shopping dan online bank. Di bidang otomotif pun mulai muncul merek-merek ternama seperti Tesla yang mulai memproduksi mobil dengan teknologi bahan bakar listrik. Hal-hal seperti ini tentu saja bernilai positif, online shopping dan online bank membuat jual beli antar kota bahkan antar negara menjadi terwujud. Mobil keluaran merek Tesla yang juga membantu memelihara lingkungan dengan menggunakan bahan bakar listrik yang ramah begitu, pernahkah kalian berpikir, apa sajakah dampak dan harga yang harus dibayarkan untuk semua teknologi tersebut? Tentu saja kita semua tahu, bahwa suatu hal yang berteknologi tinggi akan menggunakan bahan yang berkualitas, serta alat yang memiliki teknologi yang tinggi juga. Pihak yang menentang globalisasi di bidang teknologi selalu mengeluh mengenai berkurangnya lapangan pekerjaan mereka yang tergantikan oleh teknologi jalan layang saja yang tadinya dijaga oleh beberapa pegawai pada setiap tempat pembayaran tiket, sekarang sudah mulai tergantikan oleh adanya e-money, serta beberapa dampak globalisasi teknologi terhadap lingkungan yang cukup buruk karena menimbulkan polusi. Memang terdapat teknologi yang bertujuan untuk mengurangi polusi seperti mobil listrik dan panel surya, tapi bukankah cukup banyak juga teknologi yang berdampak buruk untuk polusi di negeri pandangan penulis sendiri, globalisasi teknologi itu hal yang baik jika disikapi dengan benar. Kita semua tahu bahwa pada era teknologi ini semua hal yang kita kerjakan sebagian besar sudah berpindah ke dalam dunia digital. Dunia dimana pekerjaan fisik sudah sangat banyak berkurang. Apa artinya? Hal ini berarti pengetahuan kita yang sebelumnya harus diperluas lagi. Berkembangnya teknologi bukan hanya mengubah berbagai pekerjaan dan peralatan, namun harus mengubah pendidikan kita menjadi semakin lebih maju. Banyak sekali orang yang berpikir bahwa hilangnya pekerjaan secara fisik menandakan kehilangan segalanya, yakni pekerjaan yang mereka biasa lakukan. Inilah yang sebenarnya perlu kita sikapi dengan tetapi, bidang pekerjaan dan juga perkembangannya di dunia digital itu hanya akan dilakukan oleh orang yang sudah bekerja, sednagkan kita yang masih duduk di bangku sekolah baik perkuliahan maupun SMA, SMP atau SD masih bingung, apa kontribusi yang bisa kita berikan. Kuncinya adalah belajar. Dunia digital bukanlah suatu teknologi yang mudah atau sederhana bagi orang awam, tapi dengan mempelajarinya kita menjadi terbiasa. Apalagi di masa seperti saat pandemi COVID-19 ini dimana hampir semua orang dengan berbagai aktivitasnya dipaksa untuk mempelajari dunia digital. Sesuatu yang sulit jika dibiasakan oleh kita maka akan menjadi suatu hal biasa yang bahkan kita bisa jadi mahir dalam bidang tersebut. Sebagai generasi muda yang masih menimba ilmu, kita harus memperluas dan mempersiapkan diri kita juga harus tahu apa yang kita harus pelajari, contohnya dunia digital dan lainnya. Selain mempelajarinya kita juga haru berlatih untuk mengembangkannya dengan melatih diri kita berpikir secara kreatif dan juga out of the box. Dalam hal ini kita semua akan menjadi masa depan negara Indonesia ini, sekarang ini kita menjadi dasar negara yang harus kokoh nantinya untuk negara kita. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
globalisasidimunculkan. Dengan demikian, globalisasi pada dasarnya berpijak pada kebangkitan kembali liberalisme, suatu paham yang dikenal sebagai neoliberalisme.10 Globalisasi pada dasarnya merupakan proses pesatnya perkembangan kapitalisme yang ditandai dengan globalisasi pasar, investasi, dan proses produksi
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID 6Y-nOp5rdKxMYnYSy1VNReWH5j6ZaWvE5BDt0_SUdPMqK1ICoupz7A==
FinalDISUSUN OLEH : BASRI HASANUDDIN LATIEF E 131 11 258 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2013 f Final Globalisasi 1. Sebutkan dan jelaskan defenisi, cirri utama globalisasi yang anda ketahui berdasarkan para ahli.
› Riset›Menuju Glokalisasi Seusai... Pandemi Covid-19 saat ini boleh jadi memberi peluang untuk menguatkan kembali potensi lokal. Alih-alih bergantung pada ekonomi global, glokalisasi perlu dikembangkan. KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO Pedagang memilah pisang asal Sumatera Utara berdasarkan ukuran di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta, 11 Agustus 2020. Pandemi menyebabkan pergerakan barang antar-negara berkurang. Kini saatnya perhatian lebih besar diberikan kepada produk sembilan bulan berlalu, pandemi Covid-19 telah memorakporandakan tatanan dunia secara ekonomi, sosial, bahkan politik. Kedatangannya yang tiba-tiba membatasi pergerakan semua orang di dunia, termasuk berbagai komoditas penting yang selama ini bebas keluar masuk gilirannya, pandemi Covid-19 yang secara mendadak muncul telah mendegradasi globalisasi yang sebelumnya melibatkan hampir seluruh negara di dunia dalam ibaratnya, satu ”isme”, yakni globalisasi. Sebagai catatan, Forum Ekonomi Dunia WEF menyatakan era globalisasi telah bermula sejak abad ke-19. WEF membagi gelombang globalisasi menjadi empat bagian, yakni globalisasi hingga globalisasi Ketika gelombang pertama globalisasi, belum seluruh negara terlibat. Baru pada globalisasi gelombang kedua dan ketiga, lebih banyak negara tahun 1995, dibentuk Organisasi Perdagangan Dunia WTO yang mendorong seluruh negara di dunia untuk masuk dalam perjanjian perdagangan bebas. Sejak saat itu, perdagangan antarnegara menjadi masif dan secara tidak langsung menimbulkan ketergantungan WIJAYANTO Truk kontainer antre menunggu giliran mengangkut peti kemas yang diturunkan dari sebuah kapal barang di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta Utara, 27 Mei 2020. Globalisasi meningkatkan arus perdagangan ekspor pada PDB dunia kian meningkat hingga lebih dari 15 persen. Bukan hanya perdagangan, arus investasi pun mengalir dari satu negara ke negara pada definisinya, globalisasi merupakan perluasan dan pendalaman arus perdagangan, modal, teknologi, dan informasi internasional dalam pasar global yang cenderung terintegrasi Yuniarto, LIPI, 2014. Proses tersebut secara alamiah membawa seluruh bangsa dan negara di dunia semakin terikat antara satu dan yang lain, mewujudkan tatanan baru, serta menimbulkan saling era globalisasi Inggris mendominasi dunia melalui ekspansi kolonisasinya berupa wilayah Inggris Raya. Inggris bisa melakukannya karena inovasi teknologi mesin uap kapal laut yang membuat Inggris mampu mengekspor komoditas penting dunia, seperti besi, tekstil, dan manufaktur ke negara lain secara lebih cepat. Tercatat, ekspor Inggris saat itu mencakup 3 persen PDB memberi manfaat selain perdagangan bagi negara-negara yang mengadopsinya. Kemajuan teknologi yang sebagai salah satu tanda adanya globalisasi memberi banyak kemudahan bagi manusia. Komunikasi yang mudah tanpa batasan ruang dan waktu serta mobilitas manusia menjadi tanpa juga membawa perubahan pola pikir masyarakat yang semula irasional menjadi lebih rasional. Masyarakat mengedepankan akal sehat dan memercayai hal-hal yang nyata, alih-alih percaya pada mitos yang cenderung bersifat abstrak. Sikap rasional turut mendorong pola pikir yang lebih maju, menguatkan demokrasi, dan menjunjung hak-hak asasi dalam perjalanannya, arus globalisasi tidak seutuhnya memberikan dampak positif. Melimpahnya barang dan jasa yang ditawarkan membentuk pola hidup masyarakat yang konsumtif. Publikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI tahun 2014 menyebutkan, salah satu tantangan adanya globalisasi adalah kelangkaan pangan di masa depan sebagai dampak sifat tersebut tanpa disadari berdampak pada eksploitasi sumber daya alam yang berujung pada kerusakan lingkungan dan kelangkaan. Perlombaan setiap negara dalam menghasilkan komoditas yang diminati dunia menjadi salah satu sisi lain, kemudahan teknologi membuat masyarakat cenderung individualis karena merasa mampu melakukan banyak hal tanpa bantuan orang lain. Tak jarang hal tersebut berdampak pada lunturnya semangat gotong royong dan solidaritas. Globalisasi menjadi tak terhindarkan bagi setiap orang di seluruh dunia di tengah disrupsi Meski demikian, globalisasi yang telah diadopsi seluruh dunia pernah meredup atau mengalami deglobalisasi. Deglobalisasi pertama terjadi pada globalisasi WEF mencatat, pada masa itu, negara-negara besar, seperti India, China, Meksiko, dan Jepang, yang sebelumnya memiliki kekuatan besar tidak diizinkan beradaptasi dengan industrialisasi dan tren sisi lain, negara-negara Eropa yang berjaya pada masa itu berhasil merebut sejumlah negara di benua Afrika. Situasi tersebut menimbulkan konflik dan krisis yang berujung pada Perang Dunia I tahun 1914. Aktivitas perdagangan dan pasar uang dalam jaringan global runtuh serta negara-negara kembali menutup perbatasan. Perang Dunia II terjadi pada 1939 dan berakhir pada 1945 yang menandai lahirnya globalisasi gelombang LUAR NEGERI Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato secara virtual dalam sesi debat umum Sidang Majelis Umum PBB, Selasa 22/9/2020 malam waktu New York atau Rabu 23/9/2020 pagi waktu Indonesia Barat. RI menyerukan agar kerja sama multilateral semakin diperkuat di era juga Tatanan Dunia Pasca-Covid-19Kini, ketika dunia merayakan globalisasi gelombang keempat yang ditandai dengan digitalisasi, deglobalisasi disinyalir kembali terjadi. Deglobalisasi yang tengah terjadi bukan merupakan dampak dari adanya perebutan kekuasaan dan perdagangan, tetapi dampak dari bencana non alam yakni pandemi Covid-19. Bencana yang menyerang kesehatan kini menggerogoti sendi-sendi perekonomian catatan Universitas dan Rumah Sakit Johns Hopkins, hingga 24 September 2020, Covid-19 telah tersebar di 188 negara di dunia. Situasi tersebut menuntut setiap negara melakukan pembatasan hingga penutupan akibatnya, perdagangan antarnegara terpaksa dibatasi bahkan dihentikan sebagai upaya pencegahan penyebaran virus korona penyebab penyakit glokalisasi Kondisi tersebut menuntut setiap negara untuk beradaptasi, salah satunya dengan mengoptimalkan potensi lokal. Peneliti Ikatan Ahli Perencanaan IAP Jawa Tengah, Agung Pangarso, merumuskan sejumlah perubahan yang berpotensi terjadi pascapandemi Covid-19. Satu dari lima perubahan tersebut adalah adanya definisinya, glokalisasi merupakan kombinasi dari kata globalisasi dan lokalisasi yang dideskripsikan untuk produk atau layanan yang dikembangkan dan didistribusikan secara lokal yang disesuaikan untuk mengakomodasi konsumen paparan yang berjudul ”Post Covid-19 Tinjauan Keruangan Kawasan Perkotaan”, salah satu langkah mewujudkan glokalisasi adalah dengan mendorong penguatan lokalitas wilayah. Hal ini sebagai respons dari rentannya sebuah negara terhadap pandemi ketika mengikuti arus INDRA RIATMOKO Petugas menakar dan mengaduk susu sapi perah yang akan dibeli konsumen di instalasi Persusuan Koperasi Unit Desa KUD Cepogo, Kecamatan Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, 7 Oktober 2019. Industri susu di kabupaten itu memanfaatkan susu hasil perahan para peternak juga Virus De-globalisasiDalam hal industri, sinergi perlu dibangun dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal, dari hulu hingga ke hilir. Adanya keterkaitan ekonomi lokal menjadi penting dilakukan. Salah satu contohnya adalah industri pengolahan susu di Jawa Tengah dengan bahan baku asal wilayah lain daerah yang memanfaatkan potensi lokal adalah Kota Pontianak. Tanaman lidah buaya produksi Pontianak dikonsumsi dan bermanfaat untuk kesehatan. Sulawesi Barat juga menjadi daerah yang memanfaatkan komoditas unggulan kakao untuk diproduksi menjadi tersebut dapat digunakan untuk mengoptimalkan industri mikro dan kecil IMK yang berbasis di daerah, seperti desa dan kelurahan, karena sumber daya alam lokal yang menjadi bahan bakunya. Badan Pusat Statistik mencatat, pada tahun 2018, terdapat IMK yang berlokasi di desa/kelurahan dan tersebar di 34 provinsi. Jumlah tersebut meningkat 5,8 persen dibandingkan dengan tahun tersebut memberi gambaran glokalisasi terjadi di tingkat mikro dengan memanfaatkan potensi lokal. Selain sebagai solusi kerentanan pangan akibat pandemi, juga dapat membangkitkan potensi ekonomi daerah sebagai upaya meningkatkan ketahanan nasional dan kemandirian pangan.Litbang Kompas
.